Jumat, 19 September 2014

Bukan Kamu ataupun Aku; Keadaan Masih Menghakimi Kita.




















Tidak semua Dia adalah Kamu dan Aku adalah Saya.


Jangan katakan..
aku harus hidup didunia penuh drama lagi. 
Dimana layaknya saling mencintai tetapi bertingkah saling menyakiti.

Jangan katakan..
aku harus berada didalam mimpi lagi. 
Dimana seperti bertemu indah dalam angan atas rindu yang masih kita tahan.

Aku tidak sanggup melihatmu dengan orang asing disana, begitu kenyataannya. 
Dan kamu pun begitu, ini memang adanya.
Aku mengetahui kecemburuan mu yang dulu sering kau tutupi. 
Tapi sungguh sayang, Aku hanya membuka hati untuk mu. 
Tidak pernah ada yang lain. 
Dan memang belum ada yang pernah bisa.

Bukankah hal yang sama juga terjadi? 
Kamu hanya melihat ke arah ku.
Dan tidak pernah ada yang mengetuk pintu hatimu..

Bukankah, itu terlihat seperti sebuah kenyataan yang mempertemukan kamu dan aku?
Tuhan telah melukiskan gambaran kecil dari takdir untuk menyatukan kita.

Tidak, kumohon jangan secepat ini.
Jangan katakan takdir telah menjemput kita untuk berpisah. 
Mengerti? Jangan pergi.
Bukankah, ini janji kita?

Janji selamanya.

Genggam lah tanganku.
Dan lihat, ini hanya sebuah belokan penuh lubang, walaupun terus merasakan antukan yang begitu dahsyat, tapi aku masih berharap ini bukanlah jalan keluar satu-satunya.. bukan.

Bagaimanapun kejadiannya, sebelum bertemu pun kita memiliki cerita yang sama atas kesakitan yang hampir serupa. Jadi ini memang sebuah ujian, atas keinginan kita untuk cinta.

Sayang, tidak ada yang salah. 
Bukan kamu ataupun aku; keadaan masih menghakimi kita. 
Seperti itu, bukan? 

Berhentilah sepenuhnya menyalahkan Tuhan.

Cukup hanya dengan buka mata mu, aku masih disini. 
Ditempat yang kamu janjikan. 
Ditempat yang kamu minta aku menunggumu, disaat jika suatu waktu kamu harus pergi berlalu.

Sadarkanlah fikiran mu, ingatlah kamu tidak bisa membiarkan cinta kita berjalan merangkak untuk menyatukan agar otak berhenti memberontak.

Kamu tidak perlu memindahkan gunung untuk hal ini, karena kita akan bertemu dipuncak.
Merasakan indahnya sentuhan awan dan tinggal didalam dekapan. 

Sayang, aku masih mendaki melawan bebatuan yang kadang terjatuh.
Jadi, jangan berhenti disitu karena mungkin telah kau temukan pohon besar untuk bersandar.
Karena sudah ku katakan, aku masih mengadah untuk bersamamu diatas sana. 
Menyatukan kembali apa yang memang telah disatukan sebelumnya.

Kamu dan Aku. 
ya, Kita.

Kamis, 14 Agustus 2014

Pertemuan Kita, Apakah ini Sepercik dari Jawaban Tuhan?

Tidak semua Dia adalah Kamu dan Aku adalah Saya.


Aku fikir..
Tentang apa yang dikatakan senyum bisa merubah segalanya, ternyata benar. 
Aku telah menerima banyak tentang sebuah kata-kata yang menyampaikan bagaimana caranya mereka untuk sekedar melihat dan menikmati sebuah senyuman walau hanya sekejap.

Aku fikir..
Aku tidak akan menemukan sebuah senyuman yang membuat hatiku bergetar lagi, 
membuat perutku layak berputar kembali, jantungku yang berdetak lebih kencang begini.

Sungguh, senyum itu membuat segala kejenuhanku hilang sesaat.
Tidak, tidak. 
Aku harap bukan hanya sesaat.

Karena aku tidak pernah melewatkan sebuah nama dalam doaku. 
Ditengah jalan itu, pertemuan kita, apakah ini sepercik dari jawaban Tuhan?

Apakah aku harus tetap menunggu satu cinta yang tetap kuyakini? 
Ah lagi-lagi tentang ini, menyedihkan.. 
Aku pernah meyakini sesuatu yang akhirnya tidak pernah kembali.

Namun, tanpa diminta, langkah ku telah terhenti untuk pergi hanya karena senyuman penyejuk tertuju lagi.
Langkah ku telah terhenti disana, terhadap sebuah bayangan kamu dan aku yang masih terlihat bisa bersama.