Senin, 27 Agustus 2018

Kau.

Tidak Semua Dia adalah Kamu, dan Aku adalah Saya.


Kau diingatnya sebagai pelapor nomor satu.
Seseorang yang suka bercerita untuk memberitahu segala hal padanya.

Kau diingatnya sebagai pemilik tawa paling renyah.
Seumpama bagai penguat bagi hatinya yang lemah.

Kau diingatnya sebagai orang yang pernah berjuang.
Salah satu yang pernah menjanjikan masa depan yang cemerlang.

Namun apalah daya, Tuhan belum mengizinkan keduanya hidup bersama.
Terpisah dengan jalannya.

"Kelak jika mungkin kau tak bahagia, beritahu aku.
Beritahu aku, jika ia tak mampu membuat mu bahagia."
Kalimat terakhir yang diiringi dengan linangan air mata, menjadi luka baginya.

Yang harus dibersamakan dengan nya, tak lebih dari sekedar manusia penuh amarah.
Penuh tipu daya, orang selalu menganggapnya yang paling mulia.
Berteori paling baik pada masa dan praktik paling buruk untuknya.

Ia selalu berusaha sebaik-baiknya pendamping.
Namun bagi manusia tak tahu diri, sudah dipilih, ia langsung berbangga hati.
Kejayaannya dimulai.
Ia terlena dan melangit, hingga hatinya tak utuh lagi. 
Terbagi-bagi bagai potongan jelly, menghianati bagai manusia paling tampan dimuka bumi.

Hingga jiwanya tak mampu lagi menahan perih.
Hatinya hancur menjadi serpih.
Kakinya hampir takmampu lagi berdiri.

Hingga dalam keputus-asaan. 
Ia ditemukan oleh bagian yang dijanjikan Tuhan untuk tetap disisinya.

Kau.

Kau adalah pemilik seluas-luasnya hati yang utama.
Penerima paling lapang dada yang begitu sempurna.
Dendam tak pernah kau letak disana.
Meski bahagia mu telah direnggut begitu saja dengan cuma-cuma dan kini di terlantarkan begitu saja.

Kau adalah sebaik-baiknya penepat janji yang utama.
Membuktikan bahwa kau adalah yang paling layak.
Memastikan bahwa kau akan selalu ada meski terpisah jauh dengan jarak.

Manusia itu tak berlama-lama dalam masanya,
hingga ia dibawa kembali ke titik paling bawah.
Terjerembab jauh. Terpuruk. 
Meringkuk. Membujuk.

Sesuai dugaannya, topeng.

Tak tau malu.
Sudah dibantu, ia masih merasa yang paling nomor satu.

Selesai sudah.
Rasanya, ia memiliki mu.
Tak mengapa melepaskan diri, bukankah begitu?

Sia-sia sudah.
Rasanya pada manusia itu telah tiada - lelah diinjak-injak dan kini waktunya.

Ia ingin bahagia.

Rabu, 28 Februari 2018

Bintang Mewujudkan Harapan.

Tidak Semua Dia adalah Kamu, dan Aku adalah Saya.


Aku ingin menuliskan tentang bagaimana hidup yang ku lewati sebelum bersama denganmu disini.
Sebelum segala hal terasa lebih dari kata sempurna.
Saat ketika kebahagiaan hanya terlihat begitu sederhana - dengan mendengar suara mu saja, misalnya.
Saat ketika kesedihan berubah begitu mudah - dengan tak mendapat pesan dari mu, contohnya.

Begini,
Sebelum bertemu dengan mu, aku tidak percaya tentang cinta pada pandangan pertama.
Orang bilang, itu hanya terjadi pada si sempurna dengan dia yang sempurna juga.
Benar, kau terlihat begitu, aku sampai tidak memiliki kata untuk menggambarkannya.
Namun, sayangnya aku merasa bahwa aku tidak.

Setelah jabat tangan kala itu, aku sempat membeku.
Detik demi detik, jam demi jam - ia silih berganti menukar hari-hari hingga bulan tak lelah ikut menghitung pergantian tahun. Dan aku masih memenjarakan bayanganmu dalam hati, seorang diri.
Berharap suatu saat nanti kita bertemu, kelak kau mau untuk menaruh hati pada ku yang telah menanti dalam ratusan malam dingin, sendiri saja ditemani segelas teh yang berusaha menenangkan segala resah gelisah.

Suatu ketika, saat hujan deras melanda kota dari senja hingga petang tiba,
malampun datang namun dengan begitu cerah hingga bintang bertaburan dilangit angkasa, tak biasanya.
Dan saat itu, aku memang sedang lelah-lelahnya, seorang pria yang terasa dihantam sepi berkepanjangan,
merebahkan diri seadanya didalam mobil, membuka kaca, sambil menyalakan lagu yang liriknya hanya membuat hati semakin tak karuan menaruh harapan.

Aku menggantinya dengan lantunan ayat suci.
Lalu tiba-tiba saja, bayang mu terlintas dan hinggap dalam lubuk hati dan emosi.
Aku ingin kau disini, mungkinkah?
Menghapuskan semua sunyi, mewujudkan segala mimpi, dan bersama mu saja hingga tua nanti.

Lalu malampun semakin larut dan bintang semakin bersinar terang, kelipnya dengan indah menyapa.
Setidaknya, dengan itu aku merasa suara hati didengar oleh Sang Pencipta yang penuh kuasa.

Jadi,
Ketika hadirmu nyata dihadapan ku kali ini.
ada tangan yang dapat ku genggam erat dan gambaran masa depan ku yang berubah semakin pasti.
Aku masih layaknya tak percaya akan mimpi yang kini menjadi sangat nyata didepan mata.
Terkadang, aku ingin mencubit mu ratusan kali untuk memastikan bahwa kau memang ada .

Bagai bintang di malam aku menuaikan harapan, ia mewujudkan.
membantu menyampaikan pada Tuhan, bahwa ada seorang pria yang mencintai gadis dalam diamnya.

Dengan mu, aku dapat tersenyum bahkan saat kita berdua sedang tidak membicarakan apa-apa.
Dengan mu, aku dapat mengerti bahwa rumah tak melulu perkara sebuah tempat namun seseorang yang menetap dengan merentangkan tangannya untuk mendekap dan meruntuhkan segala penat.
Dengan mu, aku ingin percaya bahwa ada satu cinta yang bisa ku tolak untuk tak lekang oleh masa.

Dengan mu, 
ah aku hanya ingin dengan mu saja,
tidak ada yang lain. tidak perlu.

Teruslah apa adanya dan hebat dengan jalan yang kau pilih.
Akupun akan berbenah dan memantaskan diri.

Dan, semoga kau adalah jawaban dari segala doa.

Senin, 11 Desember 2017

I'm With You.

Tidak Semua Dia adalah Kamu, dan Aku adalah Saya.


Aku sengaja menulis kali ini, hanya untuk mu.
Ku harap kau tak keberatan, untuk meluangkan waktu mu sedikit saja.

Teruntuk kamu, yang sedang beranjak dewasa.
Selamat datang, sayangku.
Kedalam kenyataan dimana semuanya tak semudah dan seindah masa kecil mu.
Bahkan kau sudah merasakan lika-liku masa remaja itu.
Namun tenanglah, hidup takkan menguji mu lebih dari batas kesanggupan hati mu.
I'm with you.

Teruntuk kamu, yang sedang jatuh cinta.
Kejarlah apa yang memang membuatmu mabuk kepayang.
Lalu, berjanjilah bahwa kau akan menang.
Dan jangan jadikan ia sekedar tempat singgah mu untuk kau buang.
Namun buatlah ia menjadi tempat mu berpulang untuk pelukan yang selalu menenangkan.
I'm with you.

Teruntuk kamu, yang sedang dihantam rindu.
Pilu bukan? tak peduli berapa banyak kau menggerutu, obat dari rindu hanyalah satu, yaitu bertemu.
Jangan malu untuk mengaku, mungkin saja dia menunggu mu untuk menyeru.
I'm with you.

Teruntuk kamu, yang sedang menunggu.
Entah padanya yang sedang milik orang lain - padanya yang sedang menutup diri - padanya yang menyuruh mu berusaha lebih - padanya yang ingin kau seriusi.
Hati mu lebih tangguh dari yang mereka pahami.
Percayalah apa yang ingin kau percayai, namun jangan biarkan diri mu sendiri terbengkalai cinta yang harusnya membuat mu bahagia diwaktu yang kau miliki.
I'm with you.

Teruntuk kamu, yang sedang merasa sepi.
Hal yang harus kau sadari adalah, kau tak pernah benar-benar sendiri.
Itu hanya sugesti untuk kau merasa ringkih.
Banyak yang bersedia menemani mu kala sedih, sayangku. dan menanti mu untuk berbagi.
Cobalah sesekali berbisik lirih, tentunya dengan orang yang kau percayai.
I'm with you.

Teruntuk kamu, yang sedang berjuang untuk sebuah mimpi.
Jangan lelah dan rapuh. Peluhmu sungguh akan berakhir seru.
Sesuai dengan usaha dan doa yang kau lakukan di seluruh waktu.
Hiraukan mereka yang mengganggu dan meragui mu. Kau sungguh tak punya waktu untuk itu.
I'm with you.

Teruntuk kamu, yang sedang merasa tak adil.
Terkadang memang menyakitkan. Kau akan sering merasa iri dengan orang lain.
Kau akan cenderung merasa tak ada yang memahami dan kurang percaya diri.
Mungkin, kau bahkan akan mencoba menjadi orang lain.
Tak apa-apa, sayang. Cobalah mengerti bahwa setiap orang memiliki ujiannya sendiri, kau hanya perlu merubah caramu untuk menyikapi segala hal yang datang menghampiri.
I'm with you.

Teruntuk kamu, yang sedang merasa dibuang.
Ketahuilah kau hanya menunggu waktu untuk ditemukan, Tuhan mematahkan hati mu hanya demi menyelamatkan mu dari kehancuran.
Dilupakan - di sia-siakan - diabaikan, itu menjadikan mu hal untuk memiliki pelajaran.
Tetapi jangan lah sibuk menghabiskan waktu untuk menyalahkan, perbaiki dirimu untuk kedepan, agar kelak kau dijumpakan dengan apa yang kau harapkan dan telah disesuaikan dengan ketulusan dan segala hal yang kau siapkan.
I'm with you.


Aku harap kau tak sekedar membaca namun merasa.
Saat disekitar mu hanyalah tinggal kepingan, kau harus menjadi teman pada tiap serpihan.
Aku harap kau tak kembali merapuh namun kembali utuh.
Saat disekitar mu mengalami kemunduran, kau harus mengalami kemajuan.

Aku ingin kau mengerti,
saat dunia mu penuh dalam kekecewaan, sesungguhnya kau tak memiliki alasan membuat yang lain harus merasakan bagaimana sakit yang kau deritakan.
Aku ingin kau memahami,
akan selalu ada harapan dalam kehidupan.

Siapapun yang membaca ini,
im with you.

Selasa, 14 November 2017

Selamat Mencoba Untuk Mencari Cinta Seperti Aku.




Tidak Semua Dia adalah Kamu, dan Aku adalah Saya.


Izinkan aku bercerita, sebagaimana kau tak bersedia mendengarkan keluh kesah. Dua hati yang kini ingin ku tanyai, apakah yang kita miliki tak lebih dari sekedar kisah kasih yang sebenarnya ingin kau akhiri?
Jika aku batu, maka kau akan melihat ku bersikeras tinggal disisi.

Jika aku kaca, maka kau akan melihat ku telah pecah.
Namun, kau memilih tutup mata untuk terlihat tak berdosa.

--
"Jadi, kau mau apa?"
        "Aku cuma mau kamu berubah. Jangan terus kaya gini, udah itu aja."
"Memangnya aku kaya gini karena siapa? Karena kamu!"
        "Kok aku?"
"Apa kau tak bisa untuk berfikir sendiri? Ah! Kita putus saja ya?"
--

Untuk ke-persekian kalinya, kesalahan mu, kau putar balikkan menjadi kesalahan ku. Agar aku berfikir lalu menjadi tersangka jika kepergian mu ini nyata. Supaya kau bisa bercerita kepada teman-teman mu akulah yang begitu cinta dan menderita.

Pesan ku mulai memenuhi ponselnya. Aku mengirimi kata-kata permohonan agar ia tetap tinggal.
Lagi-lagi aku mengabaikan harga diriku. 
Lagi-lagi aku mengabaikan mereka yang mencoba menasehati ku.

Aku sering meyakinkan diriku sendiri, disaat semua realita malah menjatuhkan ku jauh dalam harap.
Bahwa, mereka tak tau apa-apa tentangnya. Bukan mereka yang menjalaninya.
Tak ada yang benar-benar mengerti. Ia tak seburuk yang mereka kira.
Dan ia tak mungkin berubah. Dia menyayangki ku, dan aku hanya ingin dengannya.
Ini sudah tahun ketiga, takkan mungkin terjadi apa-apa.

Aku tidak tau apa yang membuatnya berubah selama satu tahun belakangan ini. Aku tidak mengerti, karena selama ini ia tak henti menghakimi dan menyudutkan ku sendiri.
Bahkan, kejadian hingga aku ditinggalkannya ditepi jalanpun, memang karena ku.
Bahkan, kejadian saat teman-temannya menertawakan ku pun, terjadi karena ku.
Dan bahkan, kejadian hingga dia berselingkuh dibelakang ku pun, masih seolah-olah disebabkan oleh ku.
Seburuk itukah aku untuknya?

"Dia tidak mencintaimu lagi, Sa."
"Dia hanya senang bermain dengan hatimu."
"Tak masalah baginya, untuk emmutuskan hubungan, karena ia tau.. kau akan selalu disana untuk menerimanya kembali."
"Sadarlah. Cinta dan Bodoh itu, beda tipis, sayang."
"Kau hanya belum berani untuk melepaskannya, padahal yang kau alami hanya linangan air mata disetiap harinya."

Terkadang, aku mengingat semua kata-kata yang mereka coba sadarkan.
Kata-kata yang sampai detik ini, masih kutolak untuk aku yakinkan.
Tetapi, ketahuilah, ada lelah yang dirasa.
Ada hati yang patah tak tertata.
Ada jiwa yang rapuh tak terkata.

Untuk sekali saja, aku ingin sekali menjadi yang diperjuangkan.
Ingin sekali menjadi yang diprioritaskan.
Ingin sekali merasa dimiliki dan, tentunya tak disia-siakan.

Aku tidak tau bagaimana ia dapat menjalani hari dengan baik tanpa memberikan kabar. 
Aku tidak tau bagaimana ia dapat tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan masalah. 
Aku tidak tau bagaimana ia selalu nyaman mengulangi kesekian kali semua kesalahan yang sama. 

Andai hatiku tak hentinya lelah untuk menyabar..
Aku tak sanggup, seperti ada jarak, ada penghalang, dan tak ada cinta, tak ada peduli, dan hanya tersisa aku sendiri. Kini, biarkan aku coba mengakhiri..
Aku juga ingin tau, apakah dia bersedia mempertahankan aku sebagaimana yang selalu ku lakukan?

"Maaf kalau aku memutuskan untuk menyerah. Semoga kau dapat yang bisa memaklumi lebih kuat daripada yang kulakukan."

Aku tak perlu berharap terlalu jauh.
Karena tak perlu menunggu waktu yang membuatmu jenuh, dia langsung setuju seakan terlepas dari beban yang selama ini ia tampung dengan sungguh.

"Terserah."

Langit bergemuruh seakan memahami hatiku yang sedang rapuh dipenuhi amarah yang menggebu.
Awan tak sanggup menahan rintik hujan agar tak jatuh, - layaknya air mataku.
Walau aku berjanji tak akan menangis.
Namun sakit tak bisa ku paksa pergi, ia selalu menghampiri seakan tak lelah menemani.

Ada hati yang hancur tak tersisa.
Aku merindukannya.
Ada hati yang ikut serta bertanya.
Apakah aku mungkin telah digantikan olehnya?

Aku mencoba mencari pertanyaan yang datang dalam diri.. membongkar semua media sosial yang ternyata belum ia ganti. Aku siap untuk semua kemungkinan hati yang akan menjadi serpihan kembali.
Ah.. tubuhku bergetar. tak sadar senyum pahit yang pernah ada, kini kian ikut tercipta.

Aku melihat seorang wanita, yang mengunduh foto indahnya bunga, dan lalu berterimakasih kepadanya dengan penuh cinta..

Kini, ia menuntaskan segala hancur yang aku rasa. tangisku pecah tak bersuara. terisak menderita.
Selama ini aku mempertahankan seseorang yang lama mendua. sibuk membayangkan dengan orang yang gemar memupuk dusta. 
Dan beri aku jawaban.. bukankah aku tak harus cemburu kepada wanita pemburu tak tau malu itu?

Teruntuk masa lalu ku,
kesalahan terbesar bagiku adalah terus memperjuangkan mu. terus rela diperdaya olehmu.
Namun, biarlah kesalahan itu menjadi bukti, bahwa aku pernah mencintai sipenghianat seperti mu sebaik itu.

Teruntuk masa lalu ku,
Aku bertekad pada diriku sendiri, akan ada yang datang untuk mencintaiku sebaik aku yang akan mencintainya dengan sempurna. bukan hanya sekedar tipu daya yang biasanya sengaja kau cipta.

Dan kau,
Selamat mencoba untuk mencari cinta seperti aku, pada diri orang lain.

Karena sesungguhnya, kaulah yang kehilangan ku.
Bukan aku yang kehilangan mu.

Senin, 06 November 2017

Karena Kamu, Cuma Satu.


Tidak semua Dia adalah Kamu, dan Aku adalah Saya.


Dear, Aira..
Apakah kau mungkin masih ingat akan aku?
Apakah aku masih ada dalam setiap daftar kunjungan mu?
Apakah aku pernah menjadi salah satu perbincangan mu dengan Dia?

Cantikku, bagaimana kabarmu?
Mengenalmu adalah salah dari takdir terbaikku. walau hanya sementara. walau memang kita takkan pernah bisa bersama. walau seberapa kuat mencoba, takkan ada yang bisa berubah.
Ah, Aira..
Aku masih ingat bagaimana semua terjadi walau dengan singkat, semuanya rapi dan terus menyengat.

Aku melalui hidupku begitu baik, tetapi, andai kau masih disisi, semuanya akan lebih dari sekedar kata Baik.
Sampai detik ini, aku masih berharap.. jika saja kita dipertemukan lebih cepat, aku ingin mencintaimu dengan begitu lebih lambat hingga semua tak harus terasa begitu menyayat.

Aku pernah menemukan seseorang setelah kepergian mu; bertahun-tahun ia mengisi hariku ditempat yang baru setelah aku memutuskan untuk mencoba menghapus luka kita yang pilu.
Namun Aira, ia tak seperti dirimu.
Mungkin ia lelah akan aku, hingga begitu mudah untuk mencari alasan yang sebenarnya keliru.

Berpisah dengannya tak ada apa-apanya dibanding dengan mu.

Jika saja, aku menemani mu kala itu,
Mungkin aku takkan membiarkan kejadian itu berhasil merenggut mu.
Jika saja, aku tak mematung bisu,
Mungkin aku takkan hanya menangis dan bisa melakukan sesuatu.

Kekasihku, Aira..
Maafkan aku yang masih merindu.
Aku memilih mengenang mu dalam lagu yang ku buat, agar tak harus layu dimakan waktu.
Menceritakan bagaimana aku menahan pilu hingga keberuntungan ku karena bisa dicintai oleh orang sepertimu..

Tetapi Aira, pada saat itu..
Seharusnya mungkin kau tak perlu mengkhawatirkan diriku.
Harusnya mungkin kau tak perlu meminta maaf pada ku karena simbah darahmu yang memenuhi tubuhku.
Kau seharusnya mementingkan dirimu! Bukan aku..
Bukan aku..

Ah, Aira,. lagi-lagi maafkan aku..
Aku begitu bangga pernah dimiliki oleh mu, karena takpeduli berapa lama waktu telah berlalu, kau masih menjadi topik utama bagi teman-teman ku yang baru..

Rindu ku, Aira..
Sampaikan salam ku pada Tuhan.

Salam terimakasih ku, karena ia pernah menghadirkan mu dalam hidup pada suatu waktu masa yang lalu.
Maafkan aku yang mungkin tak pernah bisa menghapusmu.
Karena kamu, cuma satu, takkan pernah terganti menjadi hal yang baru, walau hidup harus tetap ku lalui dengan seseorang yang baru.

Selasa, 19 April 2016

Terimakasih, Pernah Menjadi Yang Terbaik.

Tidak semua Dia adalah Kamu dan Aku adalah Saya.



Lucu disaat aku harus kembali mengingat tentang bagaimana pertemuan pertama itu terjadi.
Dari sebuah rasa yang penuh amarah, dan segala hal atas nama kebencian.
Kini  malah tumbuh menjadi sebuah tali yang menghubungkan atas kebanggaan dan kebahagiaan. 
Ya, laki-laki yang ternyata diluar ekspetasi ku, dan sangat setia untuk selalu menemaniku dikala apapun itu. 

Peter.

Peter mencintaiku. 
Dia pernah mengatakannya sendiri secara langsung.
Namun, entah apa yang ada didalam otakku, namun sungguh.. sayang ini tak berlabuh nyata atas nama cinta.

Aku hanya tak bisa menerimanya, atau mungkin belum.
Karena aku tau, aku dan Peter selalu berdekatan dan dia takkan menyerah.
Dan karena aku tau pula, tidak akan ada usaha yang kelakkan sia-sia.

Dia selalu memperlakukan ku bak Putri Raja..
Dia selalu mengalah, dia selalu melakukan apapun, untukku.
Dunia dan seluruh orang-orang yang mengenal ku, tidak tahu bagaimana aku beruntungnya mempunyai Peter.

Setiap kali aku melihatnya, hanya ada satu garis nama cinta dengan ketulusan dimatanya.
Rasanya seakan-akan aku ingin mengutuk diriku sendiri, bagaimana mungkin aku sanggup untuk takbisa mencintainya sebagaimana dia mencintaiku?


Sebab itulah, aku memulai doaku dalam diam. Untuknya. 

Aku selalu berdoa untuk kebahagiaannya. 
Kelak jika aku dan dia tak bisa bersama, yang kuharapkan hanyalah kebahagiaannya yang utuh, untuk dapat menemukan seseorang yang bisa mencintainya lebih dari aku yang hanya menyayanginya dengan batas walaupun tak terukur dalamnya.

Kini, setiap kali aku mendengar Peter menyebutkan,
'Kita sudah bertahun bersahabat..'
'Kau ini seperti adikku yang paling kusayang..'
Hatiku seakan terkikis. 
Seakan dihempas ketempat yang paling jauh.
Dan hanya seorang diri.

Atau, sebegitukah aku mungkin telah menyakitinya? 
Hingga, menyadari dia mungkin akan berhenti memperjuangkanku, terasa menyakitkan pula. 
Konyol memang, terdengar sangat egois, bukankah seperti itu?

Kali ini, Peter mungkin akhirnya telah menemukan orang yang ingin dikasihinya.
Disayanginya.

Tetapi, setiap waktu aku memikirkan hal itu, aku benar ikut tersenyum.
Walau dengan kesesakan yang juga menyelimuti. 

Menyesakkan, karena lagi-lagi aku harus menyadari dia mungkin akan pergi lagi, meninggalkan aku sendiri. 
Aku sungguh tak ingin menyadari bahwa dia berhenti untuk memperjuangkanku, namun..aku tahu aku tak bisa seegois itu. Peter harus bangkit akan aku, dan mencari kebahagian dalam hidupnya.

Sungguh! Aku menyayanginya. membutuhkannya.
Namun aku takpernah mengatakannya dengan sungguh-sungguh. 
Padahal, Peter selalu ingin mendengar aku membalas perkataannya seperti..
I love u too, Pete.

Saat pertama dan terakhir kali dia mencoba untuk melupakanku. 
Aku pernah sampai menangis. 
Ya, dia melupakanku. Sungguh!

Dia berusaha agar orang melihatnya telah mencintai perempuan lain, dan bukan aku lagi. 
Dia sungguh tak peduli akan aku lagi.
Dia memang sangat berusaha keras, saat itu, bahkan dia sampai jarang berbicara dengan ku.

Dan, perempuan kali ini..
Adalah Sahabatku sendiri.

Hingga hanya dengan memikirkan bahwa tidak akan menutup kemungkinan dia akan berubah kembali menjadi seperti saat itu, aku menangis. 

Hatiku terasa sangat menyesak dua kali lipat.
Entah mengapa. 
Namun.. Peter,
Terimakasih Pernah Jadi Yang Terbaik.

Kamis, 11 Februari 2016

Teruntuk Yang Terakhir Kali.



Tidak Semua Dia adalah Kamu, dan Aku adalah Saya.


Aku menatap langit-langit yang mungkin juga sedang bersedih.
Ia meneteskan rintikan demi rintikan menyentuh tanah dibumi..
Seperti halnya dengan air mataku, tetes demi tetes melewati pipi..

Ditemani dengan secangkir teh hangat, sore ini dapat membawa ku kembali ke waktu dimana kamu dan aku ditemukan pada jalan untuk kita saling mendekap lagi, - setelah sekian lama hilang tersesat seorang diri -.

 "Cie udah kangen, baru aja ketemu. 
 Tapi aku juga. :("
 "Kamu ga nakal kan?"
 "Iya maaf, jangan marah marah lagi ya sayang."
 "Cantik sih gini, tapi percuma kalau kesehatan juga ga dijaga!"
 "Aku punya mata cuma buat liat kamu."
 "Sombong banget sih kangennnnn."
 "Siapa dulu dong.. pacarnya kamu."
 "Yah maksud aku ga gitu, ya gak bakalan lah.. Gak pergi lagi."

Bibir ku tersenyum, namun dapat kurasakan ia bergetar..
Masih banyak kata-kata yang tersimpan rapat didalam memori ku.
Dan, akhirnya kalimat yang selalu kutunggu setiap malam, kini tak pernah ku dengar lagi.
Air mataku menetes lagi saat kurasakan bisikan itu mendekat..

 "I will always miss and love you jelek."

Aku merindukannya.
Sungguh.

Merindukan setiap detik yang pernah ada setelah sekian lama menghilang.
Aku pernah berharap dia tidak seperti pelangi, namun matahari.

 "Jangan nangis ah sayang. Aku mati-matian buat kamu supaya ga nangis, masa orang lain enak aja buat sayang aku nangis!"

Kali ini, kamulah alasannya.
Untuk kali ini saja, dengarkan lah aku teruntuk yang terakhir kali.

Ketahuilah, aku ingin sekali menghubungi mu kembali..
Tetapi, kau terlihat baik saja tanpa hadirku disisi.

Dengarkanlah, bukankah ini terlihat seperti lelucon?
Kita sepasang kekasih yang hanya aku selalu ingin berada disampingmu, yang selalu membuat upaya untuk bertemu ketika rinduku tak mampu ku bendung.
Sementara kamu tidak.

Ketahuilah, aku pernah masih memilihmu - saat puluhan orang lagi masih berusaha keras untuk membuat ku memilih mereka -.

Dengarkanlah, hatiku terkikis habis saat kau masih tidak pernah mengucapkan bahwa sampai kapanpun, bagaimanapun, kau akan masih akan terus ingin denganku.
Sedangkan, aku sibuk membayangkan menghabiskan waktuku hanya dengan mu.

Ketahuilah, hatiku patah saat aku terlihat hanya sebatas seseorang yang mengubah status mu saja.
Disaat kamu, menjadi alasan hidupku berubah.

Dengarkanlah, bahwa sesungguhnya kelak kamu kan mengerti, yang kau pilih adalah yang tidak akan pernah bertahan untuk disamping mu. dan ada yang sesungguhnya selalu menusuk mu.
Sementara, - detik ini juga -, kau telah kehilangan yang pernah memilih untuk bertahan namun kau abaikan sekeras mungkin.

Kau lebih memilih mengecewakan aku dan kehilanganku, daripada harus mengabaikan sedikit saja orang-orang dimasa lalu mu. 
Orang yang sudah menghancurkan mu.

Namun kini, kau masih selalu memilih untuk menghancurkan ku.
Atau lebih tepatnya, menghancurkan kebahagiaan yang sedang ingin kita rancang.

Sudah, sudahilah.
Aku tau, aku harus tetap melangkah.
Disini, aku hanya membuang waktu ku, membiarkannya terbuang sia-sia, kau tidak akan pernah membuat upaya untuk selalu bersama ku.
Semuanya hanya sebatas kata-kata tanpa pembuktian.

Jemariku takkan pernah lagi menggenggam jemari mu.
Tanganku takkan pernah lagi memegang wajah ataupun rambutmu.
Lenganku takkan pernah lagi melingkar ke sisimu.

Hujan telah berhenti,
Seperti halnya mengisyaratkan ku untuk usai sampai disini.
Ada mata yang basah hari ini. 
Dan jangan kau tanya lagi, ada hati yang ku biarkan patah pula saat ini.

Berbahagialah dengan dunia mu.
Aku takkan pernah datang lagi untuk mengganggu.

Jangan khawatir.



                             Dari yang pernah 
                        sangat menyayangimu,


                                     unknown.